10 Ribu ASN Disdik Kota Bekasi Dilatih Keluar dari Pola Hidup Konsumtif

REVIEW, Bekasi – Indonesia merupakan salah satu target pasar yang paling diminati bagi Negara-negara besar dunia. Hal tersebut tak terhindarkan lantaran budaya konsumtif masyarakatnya yang kian menguat.

Lebih lanjut, HIQ Management, sebuah perusahaan yang bergerak di sektor investasi ini menilai, budaya konsumtif banyak terendap di kalangan birokrat atau Aparatur Sipil Pemerintahan (ASN).

“Biasanya ASN kalau sudah gajian langsung ingin menghabiskan uangnya untuk sesuatu yang sebetulnya tidak terlalu penting, kredit mobil dan sebagainya. Nah kebiasaan ini yang ingin kita ubah.

Baik bagi ASN, maupun masyarakat pada umumnya,” ungkap Coach HIQ Management, Kapten Sar kepada REVIEW saat ditemui di Grand Win Hotel, Selasa (18/9/2018).

Dalam rangka melakukan pencegahan kebiasaan konsumtif di lingkungannya, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi bekerjasama dengan HIQ Management menggelar pelatihan Teknik Kecerdasan Finansial.

“Kita ingin mengerahkan ASN di Kota Bekasi, khususnya yang ada di Disdik. Kita siapkan 10 ribu peserta, dengan harapan mereka nantinya bisa keluar dari pola hidup konsumtif ketika punya uang. Kedepan pola konsumtif ini jadi semangat investasi,” tukas Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Ali Fauzi di hari dan tempat yang sama.

Selain itu, usai mengikuti pelatihan, semangat keluar dari pola hidup konsumtif tersebut bisa menular, khususnya kepada wali murid maupun murid itu sendiri.

“Ini program pertama yang ada di Kota Bekasi. Kita lihat aset-aset yang kita punya di Kota Bekasi sudah merambah, kalau kita bisa melihat peluang, maka sebaiknya berinvestasi jauh lebih baik dari menggunakan uang untuk sekedar keinginan yang tidak perlu,” papar Ali.

#GayaHidupProduktif #ayoinvestasi #AgentOfChange #ubahcarapandang #sccaparkost #scc #aparkost #YEP

Pengertian Gaya Hidup Konsumtif serta Faktor yang Mempengaruhinya

JAKARTA-Pengertian Gaya Hidup Konsumtif serta Faktor yang Mempengaruhinya. Dewasa ini salah satu gaya hidup konsumen yang cenderung terjadi dalam masyarakat adalah gaya hidup yang menganggap materi sebagai sesuatu yang dapat mendatangkan kepuasan tersendiri, gaya hidup seperti ini dapat menimbulkan adanya gejala konsumtifisme. Berikut adalah penjelasan seputar pengertian Gaya Hidup Konsumtif, serta Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup Konsumtif.

Definisi Gaya Hidup Konsumtif konsumtifisme

Konsumtifisme didefinisikan sebagai pola hidup individu atau masyarakat yang mempunyai keinginan untuk membeli atau menggunakan barang dan jasa yang kurang atau tidak dibutuhkan.

Gaya Hidup Konsumtif adalah membeli atau mengunakan barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Dalam psikologi, ini dikenal sebagai compulsive buying disorder (penyakit kecanduan belanja). Penderitanya tidak menyadari dirinya terjebak dalam kubangan metamorfosa antara keinginan dan kebutuhan.

Menurut Rosandi Gaya Hidup Konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf tidak rasional lagi. Suatu keinginan dalam mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang dibutuhkan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal.

Menurut Kartodiharjo perilaku konsumtif sebagai social ekonomi

Perkembangannya dipengaruhi oleh faktor kultural, pentingnya peran mode yang mudah menular atau menyebabkan produk-produk tertentu.

Menurut Setiaji Gaya Hidup Konsumtif adalah kecenderungan seseorang berperilaku berlebihan dalam membeli sesuatu atau membeli secara tidak terencana. Sebagai akibatnya mereka kemudian membelanjakan uangnya dengan membabi buta dan tidak rasional, sekedar untuk mendapatkan barang-barang yang menurut anggapan mereka dapat menjadi simbol keistimewaan.

Secara Umum perilaku konsumtif adalah merupakan perilaku individu yang ditujukan untuk konsumsi atau membeli secara berlebihan terhadap barang atau jasa, tidak rasional, secara ekonomis menimbulkan pemborosan, lebih mengutamakan kesenangan daripada kebutuhan dan secara psikologis menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman.

 Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup Konsumtif

  1. Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku Faktor budaya antara lain terdiri dari peran budaya, Sub budaya, kelas sosial pembeli.
  2. Perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang antara lain kelompok acuan, Keluarga, serta Peran dan Status
  3. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, karakteristik pribadi tersebut terdiri dari Usia dan Tahap Siklus Hidup, Pekerjaan, Keadaan Ekonomi, Gaya Hidup Serta Kepribadian dan Konsep Diri
  4. Pilihan pembelian dipengaruhi oleh enam faktor psikologis antara lain Motivasi, Persepsi, Konsep Diri, Kepribadian, Pengalaman Belajar serta Sikap dan Keyakinan (agama)

Disadur dari

http://seputarpengertian.blogspot.com/2017/09/pengertian-gaya-hidup-konsumtif-serta-pengaruhnya.html

Selengkapnya disini

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #investasi #inspiratif #tokohinspiratif, Gaya Hidup Konsumtif

Pemuda Bukan Sekadar Agent of Change tapi Director of Change

SuaraJakarta.co, Berbicara mengenai pemuda berarti berbicara mengenai masa depan bangsa. Pemuda adalah aset bangsa, bahan bakar utama untuk membangun tatanan baru sebuah bangsa. Ditangan merekalah bangsa ini  hendak bermuara. Tak berlebihan rasanya jika presiden pertama bangsa ini berkata dengan optimisme yang tinggi “ Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Jika kau beri aku satu orang pemuda maka akan aku guncang dunia.”

Format pemuda yang ideal adalah pemuda yang  didalam jiwanya tertanam semangat yang kuat, keikhlasan beramal yang tulus dan memiliki karakter asasi yang melekat kuat didalam hatinya. Pemahaman akan peran pemuda, dan tantangan yang dihadapi kedepan menjadi hal yang tertanam kuat sebagai ideologi yang mengakar dan membumi.

Bukan sekedar agent of change tapi juga director of change

Agent of change sebagai salah satu fungsi pemuda untuk senantiasa menyuarakan pendapat, mencurahkan pemikiran dan gagasan-gagasan brilian yang mampu mendongkrak konsep pemikiran yang tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini. Pemuda hendaknya mengasah konsep pemikiran yang tajam, cerdas, cekatan namun tetap mengutamakan integritas sebagai wujud perwajahan pemuda berkarakter.

Pemuda sudah seharusnya memulai peranannya tidak hanya sebagai Agent of Change, tetapi direct of change. Tidak lagi sekedar perubahan yang reaksioner tetapi dengan design restra yang jauh kedepan serta terukur dengan baik. Sehingga cerita sejarah pemuda yang akan tercipta adalah sejarah kontribusi dan kepercayaan, sampai ruang teritorial dan waktulah yang akan menyatakan kelayakannya pemuda untuk kembali mengambil peran kepemimpinan Indonesia di masa depan.

Director of change adalah peran sustainable pemuda setelah peran sebagai agent of change terpenuhi. Sehingga, ketika mahasiswa berhasil mempelopori gerakan perubahan bagi lingkungannya , follow-upnya pemuda harus  menjaga kestabilan perubahan tersebut maka mahasiswa tidak lantas melepas perubahan yang telah terjadi. Mahasiswa harus mampu mengarahkan perubahan yang didapat menuju implementasi dari rencana yang telah dipetakan sebelumnya. Sehingga impian-impian yang telah disusun dan dituntut dapat dicapai dan dirasakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Perlunya memiliki kaum muda yang untuk memiliki daya tumbuh, berkembang dan mobilitas kuat

Data mencatat dari jumlah pemuda 200 juta lebih, hampir 40 % diantaranya adalah pemuda. Ironisnya, 37,8 % dari jumlah pemuda di Indonesia adalah pengangguran.  Ada ketimpangan antara pertumbuhan pemuda dan dan mobilitas peran pemuda. Sudah menjadi tugas pemuda untuk mulai memikirkan pengelolaan potensi besar yang ada dalam dirinya.

Laju pertumbuhan pemuda hendaknya diimbangi dengan life-skill yang mumpuni, mengingat problematika bangsa yang menantikan pemuda sebagai problem-solver tanah air. Tentunya untuk menjadi problem solver bangsa, terlebih dahulu sukses mengurusi dirinya sendiri.

Kesadaran akan kemampuan untuk memikul beban masyarakat banyak ketimbang pribadi adalah tabiat pemuda dan kebutuhan format kepemimpinan masa depan bagi Indonesia. Bila hal ini dapat terpenuhi, pertumbuhan dan perkembangan pemuda yang dinamis akan mudah dimobilisasi guna memperbanyak tawaran alternatif solusi bagi problematika bangsa saat ini dan yang akan datang.

Tantangan pemuda sekarang berbeda dengan pemuda masa lalu

Kemerdekaan bangsa berhasil diraih tak lepas dari peran pemuda saat itu. Semangat yang berkobar, bersatu padu untuk satu tujuan dan cita yakni kemerdekaan dan kebebesan dari belenggu penjajah.

Hampir sama dengan pasca reformasi, bangsa ini telah  mengalami perubahan yang signifikan dalam pembangunan diberbagai bidang. Menilik kepada kesuksesan pemuda yang menggulingkan pemerintah orde lama, semangat juang mahasiswa fokus untuk menggulingkan pemerintahan yang tak lagi relevan saat itu, menyengsarakan rakyat dan berdampak negatif dari berbagai aspek kehidupan.

Namun, kini di era percepatan informasi yang tak lagi terpaut jarak dan batas, menembus ruang dan waktu. Musuh pemuda tak lagi sepenuhnya akan kezaliman pemerintahan, namun juga ideologi-ideologi asing yang mulai ditanamkan kepada pemuda saat ini. Tantangan pemuda saat ini adalah strategi untuk bertahan di kancah global. Kemajuan pesat di bidang teknologi mendorong masyarakat untuk menjadi garda terdepan dalam perkembangan teknologi. Pemuda seharusnya bukan lagi sebagai konsumen atau penikmat teknologi terbaru, namun orientasi pemuda adalah sebagai ilmuwan-ilmuwan muda untuk melakukan inovasi-inovasi dalam perkembangan teknologi. Disinilah tantangan pemuda agar bagaimana mengetahui strategi yang tepat, jitu sesuai sasaran yang mampu menciptakan produk teknologi qualified yang sesuai perkembangan zaman. Jangan sampai pemuda saat ini terlena dengan kecanggihan hidup dalam era globalisasi. Karena musuh pemuda saat ini lebih lebih menjurus kepada perang ideologi, perang pemikiran barat yang berusaha keras ditanamkan ke pemuda Indonesia melalui sejumlah hiburan-hiburan yang tak lagi menuntut pemuda untuk berfikir kritis, cerdas, dan sigap akan tantangan zaman.

Meyakini peran pemuda tak lagi sekedar Agent of Change tapi juga director of change harus menjadi landasan awal untuk terus mengabdi pada masyarakat. Mobilitas kiprah pemuda senantiasa terus digalakkan, mengkampanyekan perubahan signifikan ke arah yang lebih baik, mewakili kepentingan rakyat sehingga efeknya dapat terasa di semua lini. Jumlah pemuda yang cukup banyak tak hanya sebagai penghias data statistik kependudukan Indonesia, namun juga diiringi dengan life-skill yang linier dan sinergis untuk menentukan muara bangsa ini akan melaju. Globalisasi bukan sebagai hal yang patut di-phobiakan, seharusnya globalisasi menjadi tantangan pemuda sebagai batu loncatan untuk melakukan sejumlah inovasi-inovasi di bidang teknologi, agar tak mudah terseret arus zaman. Ayo bangkit pemuda ! Harapan itu masih ada!

*Dina Fauziah

Head of Public Relation at KAMMI MADANI 2012/2013

Treasury at Forum Remaja Masjid Jakarta Islamic Centre

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #investasi #inspiratif #tokohinspiratif,  AgentOfChange

8 Pelajaran Hidup Sederhana dari Orang-Orang Super Kaya Dunia

JAKARTA, KOMPAS.com – Mungkin banyak di antara kita yang terlanjur mengidentikkan hidup sederhana dengan kondisi miskin atau kurang uang. Tampilan sederhana dinilai kurang bergaya, bahkan dianggap tidak punya modal. Diakui atau tidak, masih banyak kalangan yang beranggapan bahwa uang yang melimpah ruah perlu ditunjukkan dalam bentuk penampilan yang serba wah. Sebenarnya, hal itu bukan sebuah persoalan selama uang yang menjadi modal penampilan tersebut berasal dari hasil kerja keras yang halal. Bukan uang hasil korupsi apalagi hasil menipu orang. Namun, tahukah Anda, para orang super kaya yang ada di dunia ini justru menampilkan gaya hidup yang sederhana?

Di era media sosial di mana banyak orang seolah berlomba memamerkan segala hal, para super kaya ini justru menjalankan gaya hidup yang tetap sederhana, hemat dan efisien. Mereka memilih fokus pada apa hal-hal yang lebih penting dalam hidup, ketimbang menghabiskan waktu dan uang mengurusi penampilan dan hal-hal tersier lain.

Bisa jadi, itulah rahasia mengapa mereka bisa mencapai kemakmuran hingga di tingkat luar biasa. Inilah 8 pelajaran yang bisa kita pelajari dari gaya hidup sederhana orang-orang super kaya dunia, yang disarikan dari berbagai sumber:

1.Mereka hidup di bawah kemampuan Warren Buffet punya uang lebih dari 68,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 919,35 triliun. Dengan uang sebanyak itu, Buffet sebenarnya mampu membeli rumah dengan harga fantastis yang dia inginkan. Tapi, kenyataannya, Buffet sudah cukup nyaman tinggal di rumah lama yang dia beli tahun 1958 seharga 31.500 dollar AS sampai saat ini.

Hal yang serupa ditunjukkan oleh Mark Zuckerberg yang memiliki kekayaan 51,5 miliar dollar AS. Kekayaan sebanyak itu memungkinkan pemilik Facebook ini membeli mobil mewah berharga jutaan bahkan miliaran dollar. Namun, Zuckerberg sudah cukup nyaman mengendarai mobil Volkswagen Black Acura TSX seharga 30.000 dollar AS.

2.Mereka tidak mendewakan penampilan Bila Anda perhatikan, orang-orang super kaya yang jenius itu justru tidak pernah terlalu peduli dengan penampilan luar mereka. Lihat saja penampilan Steve Jobs dengan T-shirt hitam kemana-mana. Juga Zuckerberg yang nyaman saja dengan kaos oblong berwarna abu-abu dan celana jeans.

Mereka memilih strategi seefisien mungkin terutama untuk hal-hal yang kurang mendasar seperti “pakaian apa yang perlu dikenakan hari ini”. Dengan menghemat waktu dan energi memikirkan hal-hal kurang penting, orang-orang superkaya ini bisa memaksimalkan energi dan waktu mereka untuk memikirkan hal lebih penting seperti pengembangan bisnis. Selain itu, berpenampilan sederhana juga menghindarkan mereka dari langkah pemborosan uang untuk penampilan.

3.Mereka senang beramal Para orang superkaya dunia senang beramal. Bill Gates, pendiri dan pemilik Microsoft dan tercatat sebagai orang paling kaya sedunia, sudah dikenal sebagai pribadi yang suka sekali beramal. Tahun 2017 ini, Bill Gates menyumbangkan sekitar 4,6 juta dollar AS untuk kegiatan kemanusiaan. Nilai donasi itu adalah yang terbesar yang dikeluarkan oleh Gates dalam 17 tahun terakhir.

Bill Gates memberi pelajaran penting tentang menjadi kaya: mereka yang benar-benar kaya adalah mereka yang senang memberi. Sejauh ini, Bill Gates mencatat kekayaan senilai 90 miliar dollar AS atau Rp 1.200-an triliun. Bukan hanya Bill Gates yang senang beramal. Orang superkaya lain seperti Buffet, George Soros, sampai Chuck Feeney, pendiri Duty Free Shops, juga dikenal sebagai pesohor kaya raya yang senang berbagi pada sesama.

4.Mereka membawa bekal makan siang Anda pasti sudah sering membaca betapa besar nilai penghematan hanya dari kebiasaan membawa bekal makan siang dari rumah? Membawa bekal makan siang dari rumah bukan cuma membantu Anda lebih hemat uang jajan, tapi juga bisa menghemat waktu Anda dari kebingungan mencari tempat makan yang tepat saat jam makan siang tiba.

Anda bisa lebih fokus memakai waktu tersebut untuk melakukan hal lain yang lebih penting. Charlie Ergen, pemilik Dish Network, yang memiliki kekayaan bersih 14,4 miliar dollar AS, sampai hari ini masih rajin membawa bekal makan siang dari rumah berisi sandwich dan minuman ringan setiap berangkat ke kantor. Bukan cuma itu, Ergen juga berbagi kamar dengan kolega kerja ketika tengah berdinas ke luar kota.

5.Mereka tidak manja Banyak kalangan yang baru kaya sudah merasa berhak atas kenyamanan tingkat tinggi. Misalnya, membawa mobil pribadi kemana-mana walau terhadang macet yang sering tidak masuk akal. Ingvar Kampard, pendiri IKEA, yang memiliki kekayaan bersih 39,3 miliar dollar AS, sampai hari ini masih nyaman-nyaman saja memakai transportasi umum kemana-mana.

Sebagai salah satu orang terkaya di dunia, Kampard tidak merasa harus mengubah gaya hidupnya menjadi serba wah. Kampard masih senang bepergian menumpang pesawat kelas ekonomi dan makan siang di kafetaria bersama karyawan-karyawannya dan naik bus kemana-mana.

6.Mereka pendukung hidup hemat energi Para orang super kaya selalu menyukai konsep hidup efisien dan hemat energi. Salah satu orang taipan terkenal asal India, Azem Premji . Premji yang memiliki Wipro Ltd dan kekayaan bersih 16,6 miliar dollar AS, rajin mengingatkan para karyawannya agar tidak lupa mematikan lampu setelah selesai dipakai.

Premji juga asyik-asyik saja kemana-mana menumpangi pesawat kelas ekonomi dan menyetir mobil bekas.

7.Mereka selalu membayar lunas utang kartu kredit Para super kaya jarang membawa uang tunai dalam jumlah besar. Mengutip Bussiness Insider, para orang super kaya lebih nyaman membawa uang tunai seperlunya sesuai dengan kebutuhan.

Mereka juga pengguna kartu kredit yang cerdas dengan selalu membayar penuh tagihan kartu kredit supaya tidak perlu membayar bunga kart kredit yang mahal. Para orang super kaya ini selalu menerapkan strategi yang jeli dalam mengelola uang mereka supaya bisa mereka gunakan seoptimal mungkin.

8.Mereka rendah hati Ada ungkapan, orang kaya baru biasanya yang lebih “ngotot” menunjukkan kekayaan mereka. Didukung oleh media sosial, para OKB ini tidak sungkan memamerkan segala hal yang mereka anggap sebagai penanda status sosial dan kekayaan yang mereka miliki. Nah, bagaimana dengan mereka yang memang sungguh-sungguh kaya? Kebanyakan orang yang super kaya, justru enggan memamerkan kekayaan mereka.

Para taipan yang super kaya justru lebih sering bersikap rendah hati. Contohlah pendiri Zara, Amancio Ortega yang tercatat sebagai orang terkaya nomer tiga di dunia dengan kekayaan 82,3 miliar dollar AS. Memiliki kekayaan berlimpah tidak mengubah gaya hidup Ortega menjadi super wah. Dia tidak segan bergabung dengan para karyawannya di kantor pusat Zara untuk makan siang di kafetaria. Penampilan Ortega juga sederhana dengan memakai blazer biru, kemeja putih dan celana abu-abu.

 Walau memiliki jet pribadi seharga 45 juta dollar AS, Ortega jarang memakainya karena waktunya sudah habis untuk bekerja.

Editor Aprillia Ika

Sumbe rHaloMoney.co.id

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #gayahidupproduktif #menabung #yukinvestasi

Jepang Tak Kenal Budaya Memberi Tip, Ini 5 Alasannya

Jakarta – Budaya tip rupanya tidak ada di Jepang. Ada alasan mengapa memberi tambahan uang pada pegawai restoran tak umum dilakukan.

Banyak buku panduan wisata menyebut orang-orang Jepang berpikir memberi tip adalah hal tak sopan. Sampai-sampai sebuah jaringan restoran sushi Jepang ternama di New York City ikut memberlakukan aturan ‘no tipping.’

Banyak orang heran mengingat memberi tip sangat umum dilakukan di Amerika dan banyak negara lainnya. Sora News 24 (23/8) merangkum alasan Jepang tidak mengenal budaya tip.

1. Memberi tip bukan budaya Jepang
Meski banyak buku panduan wisata menyebut orang Jepang menganggap memberi tip tidak sopan, sebenarnya tak sepenuhnya begitu. Mereka hanya merasa memberi tip adalah hal aneh.

Sama seperti di Amerika, Jepang juga memberlakukan aturan sektor pekerjaan mana yang pantas mendapat tip. Hanya saja di Jepang tidak ada sektor industri jasa yang masuk dalam kategori tersebut. Pegawai restoran dianggap sudah mendapat upah per jam yang tinggi hingga tak lagi membutuhkan tip.

2. Ada tip ‘terselebung’

Saat mampir ke restoran Jepang, umumnya pegawai memberikan hidangan pembuka mungil bernama otoshi. Meski Anda tidak memesannya, Anda harus tetap membauar hidangan ini.

Otoshi biasanya dibanderol 500 yen atau sekitar Rp 65.800 per kepala. Nah, secara tidak langsung otoshi merupakan bentuk ‘pemaksaan’ pada pengunjung untuk memberi tip pada restoran.

Kalaupun restoran tidak punya otoshi, biasanya mereka memberlakukan pajak layanan meja yang bisa juga jadi tambahan pemasukan pegawai restoran.

3. Restoran Jepang punya jam istirahat

Tak seperti gerai-gerai makanan cepat saji yang bisa buka hingga 24 jam, restoran Jepang biasanya tutup sementara usai melayani jam makan siang untuk buka kembali di sore hari. Biasanya pegawai restoran pada dua waktu itu pun diganti alias beda shift.

Dengan kata lain, jam kerja pegawai restoran di Jepang umumnya tak terlalu panjang. Hal ini membuat mereka sebenarnya sudah cukup dapat pemasukan dari gaji restoran saja, tanpa mengandalkan tip pengunjung.

4. Pegawai restoran dapat makan

Pemasukan tip pengunjung biasanya digunakan sebagai uang jajan pegawai restoran. Namun hal ini sepertinya tidak diperlukan di Jepang karena pegawai restoran sudah mendapat jatah makan setidaknya satu kali sehari.

Makanan ini disebut Makanan. Merujuk pada makanan yang dibuat khusus dapur restoran untuk dibagikan gratis pada pegawai. Biasanya makanai dibuat dari bahan-bahan segar di dapur. Tak jarang rasanya enak dan bahkan bisa dipromosikan untuk menu baru bagi pengunjung.

5. Restoran selalu berusaha memberi pelayanan terbaik

Tanpa mengandalkan tip pengunjung, restoran Jepang sudah punya standar untuk memberi pelayanan terbaik bagi para pengunjung. Hal ini terkait budaya kerja orang Jepang yang sangat baik, tak peduli apa jenis pekerjaannya.

Pada akhirnya kebijakan tidak memberi tip di restoran Jepang bukan berarti pengunjung tidak menghargai layanan pegawai, hanya saja sejumlah karakter budaya dan sosial setempat menjadikan memberi tip dianggap aneh atau bahkan tak sopan.

 

Sumber

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #investasi #inspiratif #yukinvestasi #gayahidupproduktif,

Tanda kondisi keuangan sudah merdeka

Guna mempersiapkan kebebasan keuangan atau financial freedom, banyak cara bisa ditempuh.

 

Mereka yang sudah menyadari tujuan ini, bisa jadi ketika pertama kali bekerja, ia sudah rajin menyisihkan uang untuk menabung. Seiring waktu berjalan, ia tak lagi hanya mengandalkan tabungan, juga investasi.

Kemudian, setelah kondisi stabil, orang itu akan mulai mencicil rumah, sembari tetap berusaha menabung. Cicilan KPR berjalan lancar, utang kartu kredit selalu lunas. Hal tersebut akhirnya membuat orang itu yakin kondisi keuangannya sudah sehat.

Namun, orang tersebut akan tetap pusing tiap menjelang ajaran baru. Sebab, ia harus mengeluarkan uang untuk biaya sekolah anak. Belum lagi bila anak masuk ke sekolah baru dengan jenjang pendidikan lebih tinggi.

Uang terasa cepat terkuras. Bila kamu merasakan hal yang sama, artinya kondisi keuanganmu sebenarnya belum benar-benar sehat. Bila kondisi ini tak segera kamu perbaiki, tujuan untuk mencapai kebebasan keuangan bisa menjadi tujuan yang sulit.

Kebebasan keuangan memang jadi impian semua orang. Untuk mengetahui apakah kamu sudah mencapai kebebasan keuangan, ada beberapa tanda yang bisa kamu lihat.

“Secara sederhana, seseorang dikatakan sudah mencapai kebebasan keuangan bila ia bisa tetap memenuhi kebutuhan hidup meski tanpa bekerja,” ujar perencana keuangan Rakhmi Permatasari dari Safir Senduk & Rekan.

Dana untuk memenuhi kebutuhan hidup itu diperoleh dari aset aktif. Aset ini bisa berupa investasi riil seperti menjalankan bisnis maupun investasi di surat berharga seperti obligasi. “Aset aktifnya sudah bisa memenuhi kebutuhan dan keinginannya tanpa harus bekerja lagi,” jelas perencana keuangan independen Pandji Harsanto.

Selain itu, untuk mencapai kebebasan keuangan, butuh kondisi keuangan yang sehat. Namun, seseorang yang kondisi keuangannya sudah sehat juga belum tentu sudah mencapai tujuan keuangan itu. Ada tiga tandanya, yakni dilihat dari aset lancar, aset investasi dan utang.

Aset lancar berupa uang kas, dan tabungan, termasuk investasi. Orang dengan kondisi keuangan sehat punya aset lancar sekitar 15%-20% dari kekayaan bersih. Untuk orang yang sudah mencapai kebebasan keuangan, aset lancar bisa kurang dari 5% kekayaan bersih.

Aset investasi orang dengan kondisi keuangan sehat biasanya kurang dari 50%, atau mendekati 50% kekayaan bersih. “Aset investasi orang yang sudah mencapai kebebasan keuangan lebih dari 50%, bisa mendekati 80%-90% dari kekayaan bersih,” ungkap Pandji.

Utang juga menjadi indikator. Orang dengan keuangan sehat punya rasio sehat pula, yakni sekitar 30% dari penghasilan. “Untuk orang yang sudah mencapai kebebasan keuangan, biasanya sudah tak punya utang lagi,” kata Rakhmi.

Bila ada utang, itu bukan atas namanya langsung, melainkan atas nama perusahaan atau bisnis.

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #merdekafinancial

Mau Jadi Pebisnis? Ini 5 Tips dari Presiden Inter Milan

Jakarta, IDN Times – Kamu mau jadi pengusaha? Sudah kebayang belum mau usaha apa dan bagaimana usaha kamu nantinya? Atau kamu sudah punya rancangang bisnis tapi kamu belum punya modalnya?

Dalam acara Suara Millenial by IDN Times, pebisnis sekaligus Ketua INASGOC Erick Thohir berbagi tips menjadi pengusaha. Perlu kamu tahu, Erick sudah mulai berjualan sejak usia 9 tahun lho. Ini dia 5 tips dari Erick Thohir.

1. Mulai bisnis dari hal yang kamu suka

Mau Jadi Pebisnis? Ini 5 Tips dari Presiden Inter MilanIlustrasi online shop (Pixabay/fancycrave1)

Kamu yang menyukai sport mungkin tahu bahwa Erick punya beberapa klub olahraga, seperti Satria Muda, DC United, Philadelphia 76ers hingga Inter Milan. Erick juga punya sejumlah bisnis di bidang media. Ia pun mengaku, kedua bidang itu adalah hal yang ia suka.

“Teori saya, kalau kita mencintai sesuatu, itu bisa jadi bisnis. Kebetulan saya senang di media dan sport, saya pulang malam, bangun pagi, itu yg buat saya jadi kurus karena kecintaan dari usaha itu,” katanya kepada IDN Times.

2. Uang nomor dua, yang penting visi misi bisnis kamu

Mau Jadi Pebisnis? Ini 5 Tips dari Presiden Inter MilanIlustrasi (Pixabay)

Jangan patah semangat kalau kamu tidak punya modal untuk membuka usaha. Presiden Inter Milan ini mengingatkan agar kamu fokus dalam menciptakan visi-misi bisnis. Katanya, ketika kamu bisa membuat orang percaya dengan visi-misi usaha kamu, maka uang akan datang.

“Duit uang nomor dua, apalagi sekarang ada investasi, crowdfunding. Uang bisa dicari. Kalau orang percaya sama bisnis kita, visi kita, uang akan datang,” ujarnya.

3. Jangan ikut-ikutan dan buka bisnis yang gak sesuai passion kamu

Mau Jadi Pebisnis? Ini 5 Tips dari Presiden Inter MilanIlustrasi pebisnis (Unsplash/ Olu Eletu)

Erick juga berpesan agar kamu tidak ikut-ikutan tren usaha yang ada atau malah membuka usaha yang kamu tidak suka. Pilih usaha yang kamu yakin dan suka.

“Saya rasa bisnis itu sesuatu yang unik. Tiap orang punya garisnya sendiri. Kadang kalau kita ikut-ikuatan malah gagal, gak sehati malah gak maksimal,” pesannya.

4. Ikuti orang yang menginspirasi kamu

Mau Jadi Pebisnis? Ini 5 Tips dari Presiden Inter MilanIDN Times

 

Selain orangtua yang juga pengusaha, Erick mengaku mengikuti jejak orang-orang yang sukses pada bidang media dan juga olahraga. Beberapa nama yang menjadi panutan Erick, antara lain: Jacob Oetama yang merupakan pendiri Surat Kabar Kompas dan saat ini ia merupakan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia serta mantan CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group Dahlan Iskan.

“Di olahraga saya adore pemain basket Jerry West dari Lakers. Seorang pemain basket, yang sekarang jadi manajer dan profesional. Nah ini hal-hal seperti ini saya follow,” jelasnya.

5. Jangan pernah berhenti belajar

Mau Jadi Pebisnis? Ini 5 Tips dari Presiden Inter Milanunsplash.com/Thought Catalog

Terakhir Erick berpesan agar kamu jangan pernah merasa cukup untuk belajar. Ia mencontohkan dirinya yang hingga saat ini masih banyak belajar sambil mengelola Asian Games 2018.

“Karena penting kita banyak belajar. Dalam posisi apapun kita gak pernah merasa cukup. Nih Asian Games saya banyak belajar. Belajar Perbedaan culture, pandangan,” pungkasnya.

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #investasi #inspiratif #tokohinspiratif

Enam Masalah Keuangan yang Hantui Generasi Milenial

VIVA – Muda dan sudah bekerja serta memiliki penghasilan tetap yang terbilang besar belum tentu bebas dari masalah keuangan. Pada kenyataannya, sebagian besar generasi milenial memang begitu akrab dengan sejumlah persoalan finansial meskipun telah memiliki pendapatan yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Gaya hidup atau pergaulan kerap menjadi penyebab utama dalam persoalan-persoalan finansial yang dialami generasi milenial. Mengingat ada banyak anak muda yang menjalankan pola hidup konsumtif dalam keseharian mereka.

Lalu, bagaimana dengan kamu sendiri? Apakah persoalan yang sama juga terjadi pada dirimu?

Waspadai gaya hidup yang djalani. Sebab berbagai kebiasaan konsumtif bisa saja menimbulkan masalah besar nanti. Kalau finansial bermasalah, berbagai masalah lainnya juga bisa saja terjadi dalam hidupmu.

Untuk itu, mulailah memperbaiki kondisi keuangan sejak awal supaya berbagai persoalan finansial tidak akan datang menghampiri Anda lagi. Biasakan disiplin dalam mengelola keuangan sejak dini agar persoalan finansial bisa dihindari.

Berikut ini adalah enam masalah keuangan yang dihimpun Cermati.com, masih dialami generasi milenial yang telah bekerja dan memiliki penghasilan tetap.

 

1. Menjalankan keuangan tanpa anggaran yang jelas

Memiliki pendapatan tetap, tetapi tidak memiliki anggaran keuangan yang jelas. Ini adalah kesalahan fatal yang masih dialami banyak generasi milenial, bahkan meski mereka telah cukup lama bekerja dan terbiasa mengelola keuangannya sendiri.

Keuangan yang dijalankan tanpa anggaran dan aturan yang jelas tentunya tidak akan terarah dan sering bermasalah. Uang bisa saja habis dan menguap entah ke mana setiap bulannya, bahkan mungkin tidak akan mencukupi untuk kebutuhan selama sebulan penuh. Jika sudah begini, sejumlah utang akan muncul dalam keuanganmu.

 

2. Tidak memiliki tujuan finansial

Selain anggaran, tujuan finansial juga menjadi salah satu hal yang sering dilupakan generasi milenial. Sementara di sisi lain, tujuan finansial ini justru akan sangat berperan penting untuk membantu kamu mencapai kemapanan finansial. Jika tujuan finansial tidak jelas, kamu tidak akan bisa memiliki target pencapaian yang jelas dalam keuangan.

3. Belum punya tabungan

Sudah bekerja lama, tapi belum punya tabungan. Kondisi seperti ini termasuk sangat buruk. Sebab kamu akan hidup dari siklus gaji ke gaji setiap bulannya. Tabungan adalah komponen yang sangat penting dalam keuangan.

Sebab pos ini terbilang fleksibel dan kelak bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, seperti dana darurat, dana investasi, dan yang lainnya. Setidaknya, menabung harus dilakukan secara rutin dalam jumlah minimal 10-20 persen dari pendapatan bulanan kamu.

 

4. Punya utang, tapi sifatnya konsumtif

Masalah lainnya yang terbilang cukup buruk dan sering dialami generasi milenial adalah memiliki utang. Tidak masalah jika ini utang yang produktif di mana kamu mengalokasikan dana tersebut untuk berbagai kepentingan yang menghasilkan, misalnya bisnis, KPR, ataupun investasi.

Tapi, kalau ternyata utang ini bersifat konsumtif dan tidak memberikan manfaat apa-apa dalam keuangan, ini akan menjadi persoalan dalam keuangan kamu.

 

5. Belum mempersiapkan dana darurat

Belum mempersiapkan dana darurat dalam keuangan merupakan risiko yang cukup besar. Dana darurat akan menjadi ‘penyelamat’ kamu pada masa-masa krisis yang mungkin terjadi kapan saja dalam keuanganmu.

Sebab mungkin saja ada situasi di mana kamu kehilangan sebagian pendapatan mungkin karena PHK atau mengalami sakit sehingga mau tak mau harus berhenti bekerja. Masa-masa sulit ini akan lebih mudah dilalui kalau kamu memiliki sejumlah dana darurat. Besaran dana ini minimal 3-9 kali pengeluaran rutin bulanan.

 

6. Menunda melakukan investasi

Investasi menjadi salah satu cara untuk mencapai kemapanan dalam finansial. Hal ini juga akan menjadi jaminan keuanganmu pada masa yang akan datang. Apabila kamu tidak memiliki investasi, kondisi keuangan masih jauh dari kata mapan.

Hindari kesalahan sejak dini

Persoalan finansial bisa terjadi kepada siapa saja, terutama mereka yang masih berusia muda. Kesalahan dalam mengelola keuangan adalah penyebab utama hal ini. Untuk itu, selalu hindari berbagai kesalahan ini sejak dini supaya kamu terbebas dari berbagai persoalan keuangan pada masa mudamu. (one)

 #2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #investasicerdas #gayahidupproduktif,

Sumber

Kiat Menjaga Work-Life Balance untuk Hidup yang Produktif dan Bahagia

Ayyub Mustofa

Sebelum era smartphone dan laptop, batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat kita lihat dengan jelas. Mungkin kamu mulai bekerja ketika tiba di kantor saat pukul delapan pagi, dan berhenti kerja ketika jam menunjukkan pukul lima sore. Sesekali mungkin kamu lembur, tapi pekerjaan di luar waktu normal tersebut dihitung sebagai tambahan ekstra.

Tidak demikian dengan zaman sekarang. Lewat smartphone, kita bisa berkirim email dan melakukan koordinasi kapan saja. Kita juga bisa membuat presentasi, menulis dokumen, bahkan mengontrol server dari rumah, asalkan ada laptop dan internet. Sedikit demi sedikit, pekerjaan pun menyusup masuk ke waktu pribadi, jam tidur, bahkan hari liburmu.

Jam kerja yang tidak menentu ini bisa membuat keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadimu—biasa disebut work-life balance—menjadi terganggu. Work-life balance yang buruk adalah masalah yang sering terjadi di dunia entrepreneur, termasuk startup. Seperti apa dampaknya dan bagaimana cara menghindarinya? Simak di bawah.

Mengapa work-life balance penting?

Sebagian kamu mungkin berpikir bahwa hidup sebagai entrepreneur artinya kamu tidak punya hari libur. Apalagi di masa awal pendirian startup. Banyak sekali hal yang harus kamu kerjakan, terkadang kerja 24 jam pun tak cukup untuk menyelesaikannya. Menjadikan pekerjaan sebagai kehidupan adalah “harga yang harus dibayar” seorang entrepreneur.

Kenyataannya, keseimbangan hidup yang buruk justru dapat menurunkan produktivitas dan membuat pekerjaan kita tidak sustainable. Kamu mungkin pernah mendengar bahwa penggunaan smartphone (dan gadget elektronik lainnya) sebelum tidur dapat mengganggu kualitas dan kuantitas tidurmu. Akibatnya, keesokan harinya kamu menjadi sulit fokus pada pekerjaan, bahkan bisa jatuh sakit bila berlanjut untuk waktu lama.

Selain fisik, buruknya pola hidup juga dapat merusak dirimu secara mental.

Daya konsentrasi manusia memiliki batas, dan bila kamu terpapar pada satu hal yang sama terus-menerus, kamu akan kelelahan sehingga mengalami burnout.

Kamu juga butuh waktu untuk melakukan hal-hal di luar kerja, seperti berkumpul dengan orang tersayang, hobi, serta istirahat. Tanpa itu semua, kamu bisa terkena stres dan kehilangan energi untuk bekerja.

Bagaimana cara menjaga work-life balance?

 

Menjaga work-life balance bukan berarti kamu mangkir dari pekerjaan lalu kabur liburan setiap minggu, melainkan mengatur waktu dan prioritas sehingga kamu bisa bekerja lebih efektif dan efisien, sambil tetap memiliki kehidupan pribadi yang memuaskan. Untuk mencapainya, pertama-tama kamu harus sadar akan perlunya membatasi diri.

Membatasi diri bisa kamu terapkan dalam banyak hal. Yang paling mudah misalnya jam kerja. Betul, sebagai pegiat startup terkadang jam kerja kita tidak jelas (“fleksibel”, bahasa kerennya). Tapi kita tetap butuh batasan. Sebagai contoh, kamu harus mulai kerja sebelum jam 10 pagi, dan harus berhenti kerja setelah lewat jam 8 malam (kecuali sangat urgen).

Kamu juga bisa menerapkan batasan untuk mengecek email. Contohnya, bila kamu seorang bos atau manajer, buatlah aturan/himbauan pada karyawan agar hanya mengecek email di rentang waktu jam 09.00-18.00. Email sering kali bisa mendatangkan pekerjaan tambahan, jadi melakukannya di penghujung jam kerja adalah ide buruk. Tapi ingat, sediakan jalur khusus untuk komunikasi darurat bila memang ada hal yang harus diatasi.

Satu lagi hal yang sangat penting: jangan membawa pekerjaan pulang ke rumah. Bila kamu tidak menyelesaikan pekerjaan di kantor, itu mungkin artinya alur kerjamu tidak efisien. Sementara bila kamu merasa kerjamu efisien tapi tetap tidak selesai juga, itu artinya beban kerjamu terlalu banyak. Keduanya sama-sama buruk dan harus diubah.

Catatan khusus untuk para bos

Khusus untuk para bos (founder, CEO, manajer, atasan, leader, atau apa pun istilah yang kamu gunakan), kamu perlu ingat bahwa kamu tidak hanya bertanggung jawab akan work-life balance dirimu sendiri, tapi juga para karyawan/bawahanmu. Karena itu, kamu perlu memperhatikan batasan bagi dirimu sendiri ketika memberi tugas.

Ada kecenderungan bagi karyawan untuk selalu berkata “iya” ketika menerima tugas, meskipun sebenarnya tugas mereka sudah terlalu banyak. Akibatnya mereka jadi memaksakan diri dan bekerja terlalu keras, atau akhirnya gagal sehingga tampak seolah-olah gagal perform.

Untuk menghindari hal ini, sebagai bos kamu perlu meyakinkan para bawahanmu bahwa mereka boleh menolak tugas bila terlalu banyak. Biarkan karyawan fokus pada tugas utama, dan pertimbangkan dengan matang sebelum memberi tugas tambahan

Beberapa tip praktis

Membuat batasan terhadap diri bisa kamu lakukan dengan cara merancang to-do list. Catatlah semua tanggung jawabmu (baik pekerjaan maupun di luar kerja), kemudian tentukan: mana yang harus kamu prioritaskan, mana yang bisa didelegasikan, dan mana yang bisa ditunda. To-do list mungkin terdengar remeh, tapi sebenarnya sangat ampuh untuk produktivitas!

Google Primer menyediakan sebuah daftar kegiatan yang perlu kamu hindari untuk memastikan work-life balance terjaga, yaitu:

  • Mengecek email kerja di luar jam kerja, atau ketika weekend
  • Mengirim email kerja di luar jam kerja, atau ketika weekend
  • Membatalkan rencana bersama keluarga atau teman karena pekerjaan
  • Makan siang di meja kerja
  • Membawa pekerjaan pulang ke rumah
  • Mengiyakan tugas atau kewajiban baru, padahal kamu sudah cukup sibuk
  • Tidak mengerjakan aktivitas hobi atau perkembangan diri, karena terlalu lelah bekerja
  • Kurang tidur karena stres

Kamu bisa membuat checklist dari daftar di atas untuk mengevaluasi work-life balance milikmu saat ini. Bila semua poin di atas kamu alami, artinya keseimbangan hidupmu sangat buruk. Sadari kebiasaan mana yang perlu kamu ubah, kemudian cari cara untuk mengubahnya.

Hati-hati, berusaha mengubah pola hidup secara drastis demi mengejar work-life balance justru bisa membuatmu makin stres! Jangan ubah semua hal sekaligus, tapi mulailah satu demi satu. Setelah kamu bisa mengubah satu hal dan terbiasa menjalaninya, kamu bisa mulai menerapkan perubahan lain.

Semoga kiat-kiat di atas dapat membuat pola hidupmu lebih baik dan lebih produktif. Selamat mencoba, dan semoga berhasil. Work hard, play harder!

Sumber: Google Primer

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

 

DIsadur dari 

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #investasicerdas #gayahidupproduktif

8 Tips Efektif Menjaga Produktivitas Saat Bekerja dari Rumah

Kemajuan teknologi saat ini, telah memunculkan fenomena bekerja jarak jauh atau bekerja dari rumah semakin menjamur. Teknologi komputasi penyimpanan ringan (cloud computing) dan mobile internet membuat hal ini semakin mungkin dilakukan.

Seperti dilansir dalam siaran pers JobStreet.com Indonesia, fakta fenomena tersebut dibuktikan dalam laporan ‘The 2017 State of Telecommuting in the US Employee Workforce’. Dari laporan tersebut diketahui, jumlah karyawan yang bekerja dari rumah telah tumbuh sebesar 115% dari tahun 2005 sampai 2015.

Selain itu juga ditemukan bahwa di Amerika Serikat, lebih dari 40 persen karyawan telah ditawarkan pilihan kerja yang fleksibel pada tahun 2017, dibandingkan tahun 2010.

Meski bekerja dari rumah terdengar menyenangkan, namun butuh penyesuaian diri yang tidak mudah, terutama bagi yang baru pertama kali memulai aktivitas tersebut. Bekerja dari rumah tidak berarti bekerja dengan menggunakan piyama adalah sebuah ide yang baik untuk dilakukan.

Bekerja dari rumah juga membuat Anda harus sebisa mungkin menghindari gangguan di rumah. Jika tidak, pekerjaan Anda terkendala dan sulit untuk diselesaikan.

Berikut ini adalah tips sederhana yang ampuh untuk meningkatkan produktivitas ketika bekerja dari rumah, seperti dilansir JobStreet.com Indonesia:

1. Temukan ritme Anda

Sesuaikan dengan jenis dan sifat pekerjaan Anda, yang mungkin tidak perlu berpatokan pada jam kerja reguler. Menemukan ritme kerja sangat penting, agar Anda dapat tetap produktif.

Sebagian orang bersemangat untuk bekerja di pagi hari, namun ada juga yang lebih baik bekerja pada sore bahkan malam hari.

Namun jika jenis pekerjaan Anda mengharuskan untuk mengikuti jam kerja reguler, Anda justru bisa mengelola jam kerja yang tidak produktif dengan lebih baik.

Misalnya, Anda bisa menjadwalkan kerja manual di jam-jam tersebut. Atau kemudian membuat secangkir besar kopi untuk menghadapi tumpukan laporan yang harus dibaca.

Dengan mengantisipasi jam kerja berkinerja rendah, anda bisa membalikkan keadaan menjadi lebih produktif.

2. Mandi, bercukur & berpakaian

Bekerja dari rumah memang membuat Anda dapat memilih untuk tetap tidak bercukur, dan bekerja memakai piyama Anda sepanjang hari. Tapi jika Anda menginginkannya menjadi hari yang produktif, lakukan dengan benar.

Jalankan ritual pagi Anda dengan cara yang sama seperti jika Anda pergi ke kantor. Anda akan merasa segar dan energik setelah mandi, dengan baju bersih dan celana panjang yang segar.

3. Mulailah hari dengan benar

Mengikuti dari poin 2, Anda harus sarapan sehat untuk memulai hari dengan benar. Setelah sarapan pagi, beri waktu untuk bersantai dan berkumpul, sebelum mulai bekerja.

Lakukan yoga, atau habiskan satu jam merencanakan hari Anda. Apapun itu, inilah saatnya untuk masuk ke dalam kerangka pikir yang produktif.

4. Miliki ruang kerja yang layak

Jangan membuat kesalahan dengan berpikir Anda bisa melakukan pekerjaan Anda tergeletak di sofa karena sangat nyaman. Saking nyamannya, sehingga Anda akan mulai mengantuk dan tertidur.

Jika Anda ingin tetap produktif, siapkan ruang kerja yang sesuai untuk pekerjaan. Dengan cara ini, otak Anda tahu bahwa ini sudah waktunya bekerja ketika Anda duduk di kursi Anda.

5. Investasikan kursi yang bagus

Memiliki kursi yang layak untuk bekerja, sangatlah penting. Apalagi Anda menghabiskan waktu berjam-jam di atasnya.

Dapatkan kursi kantor yang tepat untuk menjaga postur tubuh Anda tegak sambil memberikan sandaran pinggang yang memadai. Punggung Anda akan berterima kasih untuk itu.

6. Letakkan sebotol air di mejamu

Ini mungkin terdengar sederhana, tapi faktanya sangat mengejutkan karena banyak orang lupa minum air saat mereka terlalu asyik dengan pekerjaan mereka.

Memiliki sebotol air di meja, memberikan Anda pengingat visual untuk terus menerus minum. Tetap terhidrasi membantu pikiran tetap segar dan waspada.

7. Pilih lagu yang tepat

Mencocokkan musik yang tepat dengan ritme kerja Anda, akan membuat perbedaan besar pada produktivitas Anda. Jika Anda mendengarkan musik yang lembut selama jam kerja Anda yang kurang produktif, coba tebak apa yang terjadi?

Kemungkinan besar akan lebih menurunkan produktivitas Anda. Jadi, pilihlah lagu yang tepat untuk meningkatkan mood dan energi Anda.

8. Istirahat teratur

Terkadang kita begitu terperangkap dengan apa yang kita lakukan sehingga akhirnya kita duduk di tempat yang sama selama berjam-jam, mengetik di depan laptop kita.

Tidak hanya menguras mata kita, tapi juga sangat melelahkan bagi punggung. Begitulah cara kita mendapati sakit punggung dan postur tubuh yang buruk.

Idealnya, Anda ingin beristirahat setiap setengah jam. Melangkahlah, regangkan diri Anda dan berjalan-jalan sebentar. Anda akan merasa jauh lebih segar setelah istirahat sejenak.***

#2019GantiGayaHidup #ubahcarapandang #gayahidupproduktif #hidupproduktif #produktivitas

Disadur dari